BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
Kepribadian Abraham Maslow
Pertama-tama
Maslow menekankan bahwa individu merupakan kesatuan yang terpadu dan
terorganisasi, sehingga motivasi seseorang dalam melakukan sesuatu adalah
motivsi individu seutuhnya bukan bagian darinya. Menurut maslow manusia harus
diselidiki sebagai sesuatu yang totalitas, sebagai suatu system, setiap bagian
tidak dapat dipisahkan dengan bagian yang lain. Pernyataan ini hampir menjadi
aksioma yang diterima oleh semua orang, yang kemudian sering dilupakan dan
diabaikan tatkala seseorang melakukan penelitian. Penting sekali untuk selalu
disadarkan kembali hal ini sebelum seseorang melakukan eksperimen atau menyusun
suatu teori motivasi yang sehat.
B. Hirarki
Kebutuhan
Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana semua
motivasi saling berkaitan. Ia menyebut teorinya sebagai “hirarki kebutuhan”.
Kebutuhan ini mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Ketika satu tingkat
kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi mendapat motivasi dari
kebutuhan tersebut.. Maslow membuat tingkatan kebutuhan manusia menjadi lima
karakteristik. sebagai berikut:
1. Kebutuhan
fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang
paling mendasar untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan
akan makanan, minuman, tempat tinggal, seks, tidur, istirahat, dan udara.
Seseorang yang mengalami kekurangan makanan, harga diri, dan cinta,
pertama-tama akan mencari makanan terlebih dahulu. Bagi orang yang berada dalam
keadaan lapar berat dan membahayakan, tak ada minat lain kecuali makanan. Tidak
diragukan lagi bahwa kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan yang paling kuat
dan mendesak. Ini berarti bahwa pada diri manusia yang sangat merasa kekurangan
segala-galanya dalam kehidupannya, besar sekali kemungkinan bahwa motivasi yang
paling besar ialah kebutuhan fisiologis dan bukan yang lain-lainnya. Dengan
kata lain, seorang individu yang melarat kehidupannya, mungkin sekali akan
selalu termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan ini
2. Kebutuhan
akan rasa aman
Setelah kebutuhan dasariah terpuaskan, muncullah apa
yang digambarkan Maslow sebagai kebutuhan akan rasa aman atau keselamatan.
Kebutuhan ini menampilkan diri dalam kategori kebutuhan akan kemantapan,
perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan, kebutuhan akan
struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, dan sebagainya. Kebutuhan ini dapat
kita amati pada seorang anak. Biasanya seorang anak membutuhkan suatu dunia
atau lingkungan yang dapat diramalkan. Seorang anak menyukai konsistensi dan
kerutinan sampai batas-batas tertentu. Jika hal-hal itu tidak ditemukan maka ia
akan menjadi cemas dan merasa tidak aman. Orang yang merasa tidak aman memiliki
kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas serta akan berusaha keras menghindari
hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkan. Untuk pribadi yang sehat,
kebutuhan rasa aman tidak berlebih-lebihan atau selalu mendesak. Kebanyakan
diantara kita ini tidak menyerah atau sama sekali tunduk kepada
kebutuhan-kebutuhan rasa aman, tetapi dalam pada itu juga kita merasa tidak
puas kalau jaminan dan stabilitas sama sekali tidak ada.
3. Kebutuhan
sosial
Setelah terpuaskan kebutuhan akan rasa aman, maka
kebutuhan sosial yang mencakup kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki, saling
percaya, cinta, dan kasih sayang akan menjadi motivator penting bagi perilaku.
Pada tingkat kebutuhan ini,belum pernah sebelumnya, orang akan sangat merasakan
tiadanya seorang sahabat, kekasih, isteri, suami, atau anak-anak. Ia haus akan
relasi yang penuh arti dan penuh kasih dengan orang lain pada umumnya. Ia
membutuhkan terutama tempat (peranan) di tengah kelompok atau lingkungannya,
dan akan berusaha keras untuk mencapai dan mempertahankannya. Orang di posisi
kebutuhan ini bahkan mungkin telah lupa bahwa tatkala masih memuaskan kebutuhan
akan makanan, ia pernah meremehkan cinta sebagai hal yang tidak nyata, tidak
perlu, dan tidak penting. Sekarang ia akan sangat merasakan perihnya rasa
kesepian itu, pengucilan sosial, penolakan, tiadanya keramahan, dan keadaan
yang tak menentu.
Maslow
percaya bahwa makin lama makin sulit memuaskan kebutuhan akan memiliki dan
cinta kerena mobilitas kita.begitu sering kita berganti rumah, tetangga, kota,
bahkan pathner, sehingga kita tidak dapat berakar. Kita tidak cukup lama berada
disuatu tempat untuk mengembangkan perasaan yang memiliki. Banyak orang dewasa
merasakan kesepian dan terisolasi, meskipum mereka hidup ditengah-tengah orang
banyak.
4. Kebutuhan
akan penghargaan
Maslow
membedakan kebutuhan ini menjadi kebutuhan akan penghargaan secara internal dan
eksternal. Yang pertama (internal) mencakup kebutuhan akan harga diri,
kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi,
ketidaktergantungan, dan kebebasan (kemerdekaan). Yang kedua (eksternal)
menyangkut penghargaan dari orang lain, prestise, pengakuan, penerimaan,
ketenaran, martabat, perhatian, kedudukan, apresiasi atau nama baik. Orang
yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri. Dengan demikian ia akan
lebih berpotensi dan produktif. Sebaliknya harga diri yang kurang akan
menyebabkan rasa rendah diri, rasa tidak berdaya, bahkan rasa putus asa serta
perilaku yang neurotik. Kebebasan atau kemerdekaan pada tingkat kebutuhan ini
adalah kebutuhan akan rasa ketidakterikatan oleh hal-hal yang menghambat
perwujudan diri. Kebutuhan ini tidak bisa ditukar dengan sebungkus nasi goreng
atau sejumlah uang karena kebutuhan akan hal-hal itu telah terpuaskan.
5. Kebutuhan
akan aktualisasi diri
Menurut Maslow, setiap orang harus berkembang sepenuh
kemampuannya. Kebutuhan manusia untuk tumbuh berkembang, dan menggunakan
kemampuannya disebut oleh Maslow sebagai aktualisasi diri. Maslow juga menyebut
aktualisasi diri sebagai hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuan
sendiri, menjadi apa menurut kemampuan yang dimiliki. Kebutuhan akan aktualisasi
diri ini biasanya muncul setelah kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan
terpuaskan secara memadai. Kebutuhan akan aktualisasi diri ini merupakan
aspek terpenting dalam teori motivasi Maslow. Dewasa ini bahkan sejumlah
pemikir menjadikan kebutuhan ini sebagai titik tolak prioritas untuk membina
manusia berkepribadian unggul. Belakangan ini muncul gagasan tentang perlunya
jembatan antara kemampuan majanerial secara ekonomis dengan kedalaman
spiritual. Manajer yang diharapkan adalah pemimpin yang handal tanpa melupakan
sisi kerohanian. Dalam konteks ini, piramida kebutuhan Maslow yang berangkat
dari titik tolak kebutuhan fisiologis hingga aktualisasi diri diputarbalikkan.
Dengan demikian perilaku organisme yang diharapkan bukanlah perilaku yang rakus
dan terus-menerus mengejar pemuasan kebutuhan, melainkan perilaku yang lebih
suka memahami daripada dipahami, memberi daripada menerima.
Konsep yang mendasar bagi teori maslow adalah manusia
di motivasikan oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh
spesies, tidak berubah dan berasal dari sumber genetis atau naluriah.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak semata-mata bersifat fisiologis tetapi juga
psikologis. Kebutuhan-kebutuhan itu merupakan inti dari kodrat manusia, hanya
saja manusia lemah dan mudah diselewengkan dan dikuasai oleh proses belajar,
kebiasaan atau tradisi yang keliru. Kebutuhan-kebutuhan itu adalah aspek
instrinsik kodrat manusia yang tidak akan mati karena kebudayaan. Suatu
kebutuhan dapat dikatakan sebagai kebutuhan dasar jika memenuhi syarat sebagai
berikut :
a. ketidak-hadirannya
menimbulkan penyakit
b. kehadirannya
mencegah timbulnya penyakit
c. pemulihannya
menyembuhkan penyakit
d. dalam
situasi tertentu yang sangat komplek dan dimana orang bebas memilih, orang yang
sedang berkekurangan ternyata mengutamakan kebutuhan itu dibandingkan
jenis-jenis kepuasan lainnya.
e. Kebutuhan
itu tidak aktif, lemah atau secara fungsional tidak terdapat pada orang yang
sehat.
Suatu catatan yang diberikan oleh Maslow bahwa
meskipun kebutuhan manusia bertingkat-tingkat, namun jangan terlalu kaku
menanggapinya, mungkin saja orang yang belum terpenuhi kebutuhan makanannya
juga menginginkan rasa aman, atau orang yang belum sempurna rasa amannya juga
menginginkan kasih sayang atau orang pada tingkat rendah mungkin akan
terpuaskan hanya dengan makanan saja dan seterusnya.
C. Kebutuhan
Sehat menurut maslow
Maslow berpendapat bahwa seseorang akan memiliki
kepribadian yang sehat, apabila dia telah mampu untuk mengaktualisasikan
dirinya secara penuh (self actualizing person). Dia mengemukakan teori motivasi
bagi self actualizinga-needs person, dengan nama metamotivation, meta-needs
B-motivation, atau being values (kebutuhan untuk berkembang). Sementara
motivasi bagi orang yang tidak mampu mengaktualisasikan dirinya dinamai
D-motivation atau deficiency.Di bawah ini ciri-ciri
dari metaneeds danmetapologi
Metanees : Sikap percaya, Bijak dan baik, Indah
(estetis), Kesatuan (menyeluruh), Energik dan optimis, Pasti, Lengkap, Adil dan
altruis,Berani,Sederhana (simple)
Metapologis : tidak percaya, sinis dan skeptic, benci
dan memuakkan,vulgar dan mati rasa,disintegrasi,kehilangan semangat hidup, pasif
dan pesimis, kacau dan tidak dapat diprediksi, tidak lengkap dan tidak tuntas, suka
marah-marah, tidak adil dan egois, rasa tidak aman dan memerlukan bantuan, sangat
komplek dan membingungkan
Maslow
menyusun sejumlah kualifikasi yang mengindikasikan karakteristik
pribadi-pribadi yang telah beraktualisasi :
1. Memusatkan diri pada realitas
(reality-centered), yakni melihat sesuatu apa adanya dan mampu melihat
persoalan secara jernih, bebas dari bias.
2. Memusatkan diri pada masalah
(problem-centered), yakni melihat persoalan hidup sebagai sesuatu yang perlu
dihadapi dan dipecahkan, bukan dihindari.
3. Spontanitas, menjalani kehidupan secara
alami, mampu menjadi diri sendiri serta tidak berpura-pura.
4. Otonomi pribadi, memiliki rasa puas
diri yang tinggi, cenderung menyukai kesendirian dan menikmati hubungan
persahabatan dengan sedikit orang namun bersifat mendalam.
5. Penerimaan terhadap diri dan orang
lain. Mereka memberi penilaian tinggi pada individualitas dan keunikan diri
sendiri dan orang lain. Dengan kata lain orang-orang yang telah beraktualisasi
diri lebih suka menerima anda apa adanya ketimbang berusaha mengubah anda.
6. Rasa humor yang ‘tidak agresif’
(unhostile). Mereka lebih suka membuat lelucon yang menertawakan diri sendiri
atau kondisi manusia secara umum (ironi), ketimbang menjadikan orang lain
sebagai bahan lawakan dan ejekan.
7.
Kerendahatian dan menghargai orang
lain (humility and respect)
8. Apresiasi yang segar (freshness of
appreciation), yakni melihat sesuatu dengan sudut pandang yang orisinil,
berbeda dari kebanyakan orang. Kualitas inilah yang membuat orang-orang yang
telah beraktualisasi merupakan pribadi-pribadi yang kreatif dan mampu
menciptakan sesuatu yang baru.
9.
Memiliki pengalaman spiritual yang
disebut Peak experience.
Pandangan maslow tentang hakikat manusia yaitu manusia
bersifat optimistik, bebas berkehendak, sadar dalam memilih, unik, dapat
mengatasi pengalaman masa kecil, dan baik. Menurut dia kepribadian itu
dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan. Dalam kaitannya dengan peran
lingkungan, khususnya di sekolah dalam mengembangkan self-actualization, Maslow
mengemukakan beberapa upaya yang sebaiknya membantu siswa menemukan
identitasnya (jati dirinya) sendiri. Diantaranya:
a.
Membantu siswa untuk mengeksplorasi
pekerjaan
b.
Membantu siswa untuk memehami
keterbatasan (nasib) dirinya
c.
Membantu siswa untuk memperoleh
pemahaman tentang nilai nilai
d.
Membantu siswa agar memahami bahwa
hidup ini berharga
e.
Mendorng siswa agar mencapai
pengalaman puncak dalam kehidupannya
f.
Memfasilitasi siswa agar dapat
memuaskan kebutuhan dasarnya (rasa aman, rasa berharga, dan rasa diakui).
DAFTAR PUSTAKA
Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan: Model – model
kepribadian yang sehat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
0 Response to "Teori Kpribadian Menurut Abraham Maslow"
Post a Comment