A. Pengertian
Paradigma
Ritzer dalam zamroni, membuat pengertian tentang paradigma yaitu pandangan
yang mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang
semestinya dipelajari oleh salah satu cabang atau disiplin ilmu pengetahuan.
Dari pengertian ini dapat disimpulkan, dalam suatu cabang ilmu pengetahuan
dimungkinkan terdapat beberapa paradigma. Artinya dimungkinkan terdapatnya
beberapa komunitas ilmuwan yang masing-masing berbeda titik pandangnya tentang
apa yang menurutnya menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari dan
diteliti oleh cabang ilmu pengetahuan tersebut. (ahmad sihabudin dalam Jurnal
Kampus Tercinta, 1996 : 43).
Penjelasan
paradigma fakta sosial berasal dari pendapat Durkheim. Fakta sosial dianggap
sebagai barang sesuatu yang berbeda dengan ide yang menjadi obyek penyelidikan
seluruh ilmu pengetahuan dan tidak dapat dipahami melalui kegiatan mental
murni. Tetapi untuk memahaminya
diperlukan penyusunan data riil di luar pemikiran manusia. Fakta sosial ini
terdiri atas dua jenis, yaitu :
1. Bentuk material, berupa barang
sesuatu yang dapat dilihat, ditangkap dan diobservasi,
2. Dalam bentuk non material, merupakan
fenomena yang terkandung dalam diri manusia hanya muncul dalam kesadaran
manusia (zamroni, 1992:24)
Penjelasan
paradigma definisi sosial bersumber dari karya Weber yang konsepsinya tentang
fakta sosial sangat berbeda dengan konsep Durkheim. Weber tidak memisahkan
antara struktur sosial dengan pranata sosial karena keduanya sama-sama membantu
untuk membentuk tindakan manusia yang penuh makna (Zamroni, 1992 : 53).
Dalam
penelitian kuantitatif, yang dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu gejala itu
dapat diklasifikasikan, dan hubungan gejala bersifat kausal (sebab akibat),
maka peneliti dapat penelitian dengan memfokuskan kepada beberap variable saja.
Pola hubungan antara variable yang akan diteliti tersebut selanjutnya disebut
sebagai paradigma penelitian.
Jadi paradigma
penelitian dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan
antara variable yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah
rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan
untuk merumuskan Hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis
statistik yang akan digunakan. Sehingga banyak bentuk - bentuk paradigma yang
dapat digunakan dalam penelitian tergantung pada penelitian yang bagaimana yang
akan dilakukan oleh peneliti. Bentuk – bentuk paradigma penelitian
tersebut antara lain ; paradigma sederhana, paradigma sederhana berurutan, paradigma
ganda dengan dua variable indpenden, paradigma ganda dengan tiga variable
indpenden, dan lain – lain. (Prof. Dr. Sugiyono, 2009 : 65 )
B. HipotesisTindakan
Dalam Penelitian Tindakan Kelas
Hipotesis
diartikan sebagai dugaan sementara pada penelitian yang akan dilakukan.
Termasuk dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, hipotesis dibutuhkan
sebagai acuan peneliti, yang disebut dengan hipotesis teindakan.
Hipotesis dalam
penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan atau hubungan yang terdapat pada
metode-metode penelitian lain, melainkan hipotesis tindakan. Idealnya hipotesis
penelitian tindakan mendekati keketatan penelitian formal. Namun situasi
lapangan yang senantiasa berubah membuatnya sulit untuk memenuhi tuntutan itu.
Rumusan
hipotesis tindakan memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan
yang diinginkan. Untuk sampai pada pemilihan tindakan yang dianggap tepat,
peneliti dapat mulai dengan menimbang prosedur-prosedur yang mungkin dapat
dilaksanakan agar perbaikan yang diinginkan dapat dicapai sampai menemukan
prosedur tindakan yang dianggap tepat.
1.
Menjawab rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian.
2.
Merupakan jawaban sementara dari kajian teori yang disusun oleh peneliti.
3.
Merupakan jawaban sementara dari kerangka berpikir
Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan
masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan
sementara, 1karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teoriyang relevan,
belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan
data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis
terhadap rumusan masalah penellitian, belum jawabamzn yang empiric dengan data.
Penelitian yang
merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitaif,
seperti halnya penelitaan tindakan kelas (PTK).
Karakteristik hipotesis yang
baik sebagai berikut:
1.
Merupakan dugaan terhadap keadaan
variable mandiri, perbandingan keadaan variable pada berbagai sampel, dan
merupakan dugaan tentnag hubungan antara dua variable atau lebih. (pada umumnya
hipotesis deskriptif tidak dirumuskan).
2.
Dinyatakan dalam kalimat yang jelas,
sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran.
3.
Dapat
diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode – metode ilmiah.
Contohhipotesis
tindakan : situasinya adalah kelas yang siswa-siswanya sangat lambatdalm
memahami teks bacaan. Berdasarkan analisis masalah, peneliti menyimpulkan bahwa
mereka memiliki kebiasaan membaca yang salahdalam memahami makna bahan
bacaannya, dan bahwa “kesiapan pengalaman” untuk memahami konteks perlu
ditingkatkan. Hipotesis tindakannya adalah: bila kebiasaan membaca yang salah
dibetulkan lewt teknik-teknik perbaikanyanng tepat dan “kesiapan pengalaman”
untuk memahami konteks bacaan ditingkatkan, maka para siswa akan meningkatkan
kecepatan membacanya.[2]
C. Formulasi
Solusi Dalam Bentuk Hipotesis Tindakan
Menurut
Soedarsono (1997) beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut.[3]
1.
Rumuskan perbaikan tindakan perbaikan
berdasarkan hasil kajia! Dengan kata lain, alternatif tindakan perbaikan
hendaknya mempunyai landasanyang mantap secara koseptual.
2. Kaji ulang secara alternatif tindakan perbaikan
yang dipertimbangkan serta evaluasi dan segi relvansinya dengan tujuan
kelayakan teknis dan keterlaksanaannya! Di samping itu, tetapkan juga cara
penilainnya sehngga dapat memfasilitasi pengumpulan serta anlisis data secara
cepat, namun tetap selama program tindakan perbaikan itu di implementasikan!
3. Pilih alternatif tindakan serta
prosedur implementasi yang dinilai paling menjanjikan hasil yang optimal, namun
masi tetap ada dalam jangkauan kemampuan guru untuk melakukannya dalam kondisi
dan situasi sekolah yang aktual!
4. Pikirkan dengan
seksama perubahan-perubahan atau perbaikan-perbaikan yang secara implisit
dijanjikan melalui hipotesis tindakan itu, baik yang berupa proses dan hasil
belajar siswa maupun teknik mengajar guru!
DAFTAR PUSTAKA.
Kunandar, Langkah MudahPenelitian
Tindakan Kelas (Jakarta : Raja Wali Pers, 2011) hal, 91.
Mansur Muslich, Melaksanakan PTK itu
Mudah, (jakarta : Bumi Aksara) tahun 2011, hal, 32.
0 Response to "Paradigma Penyusunan Formulasi Hipotesis Tindakan Kelas"
Post a Comment