BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan
merupakan suatu proses pembentukan kepribadian manusia. Sebagai suatu proses,
pendidikan tidak hanya berlangsung pada suatu saat saja. Akan tetapi proses
pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul
istilah pendidikan seumur hidup, dan ada juga yang menyebutnya pendidikan terus
menerus. Islam sendiri telah menggariskan tentang proses pendidikan seumur
hidup. Dalam suatu riwayat, Rasulullah SAW bersabda :
أُطْلُبِ اْلعِلْمَ مِنَ اْلمَهْدِ إِلَى اللَّهْـدِ
”tuntutlah ilmu sejak masih dalam ayunan
hingga hingga dimasukkan dalam liang kubur“.
Bila ungkapan riwayat itu dimaknai secara literal maka akan didapat suatu
pemahaman, pendidikan manusia hanya terbatas setelah dilahirkan hinggga
kematiannya. Ini jelas kurang tepat untuk itu harus dimaknai secara kontekstual.
Salah satu komponen
dalam system pendidikan adalah adanya peserta didik, peserta didik merupakan
komponen yang sangat penting dalam system pendidikan, sebab seseorang tidak
bisa dikatakan sebagai pendidik apabila tidak ada yang dididiknya.Peserta didik
adalah orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu dikembangkan melalui
pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik pendidikan itu dilingkungan keluarga,
sekolah maupun dilingkungan masyarakat dimana anak tersebut berada.
Dalam kajian filosofisnya, peserta
didik dipandang sebagai manusia seutuhnya, dimana mereka dipandang manusia yang
memiliki hak dan kewajiban. Dalam pendidikan, hak-hak peserta didik
haruslah lebih dikedepankan atau diutamakan seperti hak mereka untuk
mendapatkan pengetahuan yang sesuai dengan keinginan mereka, hak mereka untuk
mengembangkan potenti-potensi yang ada pada mereka, dimana itu semua dalam
rangka mempersiapkan mereka menjadi manusia yang dewasa. Selain hak-hak
tersebut, peserta didik juga memiliki kewajiban yang harus mereka jalani.
Sebagai peserta didik
juga harus memahami kewajiban, etika serta melaksanakanya. Kewajiban adalah
sesuatu yang wajib dilakukan atau dilaksanakan oleh peserta didik. Sedangkan
etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan yang harus di taati dan dilaksanakan
oleh peserta didik dalam proses belajar. Namun, itu semua tidak terlepas dari
keterlibatan pendidik, karena seorang pendidik harus memahami dan memberikan
pemahaman tentang aspek-aspek yang terdapat didalam diri peserta didik terhadap
peserta didik itu sendiri, kalau seorang pendidik tidak mengetahui aspek-aspek
tersebut, maka potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut akan sulit
dikembangkan, dan peserta didikpun juga mengenali potensi yang dimilikinya.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa Dasar Kebutuhan Anak untuk
Memperoleh Pendidikan?
2.
Seperti apa Pertumbuhan
Anak (Manusia) itu?
3.
Sampai dimanakah Batas-Batas
Pendidikan Dalam Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar
Kebutuhan Anak Untuk Memperoleh Pendidikan
Secara kodrati, anak memerlukan
pendidikan atau bimbingan dari orang dewasa. Dasar kodrati ini dapat dimengerti
dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak yang hidup di
dunia ini. Allah SWT menciptakan manusia dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa,
sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an, "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun......" (Q.S. An-Nahl: 78).
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan status manusia
sebagaimana mestinya adalah melalui pendidikan. Dalam hal ini, keharusan
mendapatkan pendidikan itu jika diamati lebih jauh sebenarnya mengandung
aspek-aspek kepentingan yang antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut;
1. Aspek
Paedagogis
Dalam aspek ini, para ahli tidak memandang manusia
sebagai animal educandum: makhluk yang memerlukan pendidikan. Dalam
kenyataanya manusia dapat dikategorikan sebagai animal, artinya binatang yang
dapat didik. Sedangkan binatang pada umumnya tidak dapat didik, melainkan
hanya dilatih secara dressur, artinya latihan untuk
mengerjakan sesuatu yang sifatnya statis, tidak berubah. Adapun manusia dengan
potensi yang dimilikinya dapat dididik dan dikembangkan ke arah yang
diciptakan, setaraf dengan kemampuan yang dimilikinya.
2. Aspek
Sosiologis dan Kultural
Menurut ahli sosiologis, pada prinsipnya manusia
adalah moscius, yaitu makhluk yang berwatak dan berkemampuan dasar
atau memiliki garizah (insting) untuk hidup bermasyarakat. Sebagai makhluk
sosial, manusia harus memiliki rasa tanggung jawab sosial yang diperlukan dalam
mengembangkan hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara sesama anggota masyarakat
dalam kesatuan hidup mereka. Apabila manusia sebagai makhluk sosial itu
berkembang, maka berarti merupakan makhluk yang berkebudayaan baik oral maupun
material. Diantara satu insting manusia adalah adanya kecenderungan
mempertahankan segala apa yang dimilikinya, termasuk kebudayaannya.
3. Aspek Tauhid
Aspek tauhid ini ialah aspek pandangan bahwa manusia
adalah makhluk yang berketuhanan, yang menurut istilah ahli disebut homodivinous (makhluk yang percaya
adanya Tuhan) atau disebut juga homoreligious
artinya makhluk yang beragama. Adapun kemampuan dasar yang menyebabkan manusia
menjadi makhluk yang berketuhanan atau beragama adalah di dalam jiwa manusia
terdapat insting yang disebut insting
religious atau garizah diniyah
(insting percaya pada agama). Itulah sebabnya, tanpa melalui proses
pendidikan insting religious atau
garizah diniyah tersebut tidak akan
mungkin dapat berkembang secara wajar. Dengan demikian, pendidikan keagamaan
mutlak diperlukan untuk mengembangkan insting
religious atau garizah diniyah tersebut.
B. Pertumbuhan Anak (Manusia)
Manusia pada dasarnya pasti mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan sesuatu yang berkaitan
erat. Pertumbuhan merupakan proses perubahan fisik atau tubuh pada manusia yang
bersifat evolusi dan hanya pada batas waktu tertentu. Pertumbuhan sebagai hasil
proses pematangan fungsi-fungsi fisik. Contoh dari pertumbuhan misalnya
perubahan tinggi badan, berubahnya berat badan, semakin sempurnanya syaraf, dan
organ-organ pada manusia. Perubahan dimensi serta perubahan dalam sifat-sifat
jasmaniah dari kekuatan dan kapasitas otot pada tubuh. Pertumbuhan merupakan
proses yang berkesinambungan mulai dari keadaan sederhana sampai pada keadaan
yang kompleks.
Perkembangan ini terjadi dalam kehidupan manusia karena
hasil dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik dan kemudian juga dapat di
dukung pula oleh faktor lingkungan. Proses perkembangan biasnya dapat berupa
bertambahnya berat badan, bertambahnya tinggi badan, dan proporsi organ-organ
tubuh lainnya kemudian misalnya seperti dari bisa berbaring, lalu mampu
tengkurap, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, berbicara dan seterusnya. Namun
perlu diketahui bahwa perkembangan dapat bersifat evolusi maupun inevolusi
artinya bahwa perkembangan yang terjadi pada manusia tidak hanya mengalami
kemajuan akan tetapi juga dapat mengalami kemunduran. Perkembangan terjadi
karen kematangan pola-pola dasar tingkah laku dan bukan merupakan hasil dari
proses belajar.
Ada beberapa perkembangan pada diri manusia yaitu; Perkembangan fisik pada manusia dapat mencakup pertumbuhan
biologis.Misalnya pertumbuhan otot,otak.tulang,serta penuaan dengan
berkurangnya ketajaman pandangan mata dan berkurangmya kekuatan-kekuatan otot. Perkambangan kognitif pada manusia
mencakup perubahan-perubahan dalam berfikir, kemampuan berbahasa yang terjadi
melalui proses belajar.Perkembangan
Psikososialberkaitan dengan perubahan-perubahan emosi dan identitas pribadi
individu yaitu bagaimana seseorang berhubungan dengan keluarga, teman-teman,
dan gurunya.
Pertumbuhan dan perkembangan walaupun hampir sama
tetapi ada perbedaannya yaitu perkembangan akan berlanjut terus hingga manusia
mengakhiri hayatnya sedangkan pertumbuhan hanya terjadi sampai manusia mencapai
kematangan fisik artinya bahwa individu tidak akan bertambah tinggi atau besar
jika batas pertumbuhan tubuhnya telah mencapai tingkat kematangan.
Perkembangan pada manusia pada dasarnya melalui
fase-fase atau tahap demi tahap namun perkembangan ini tidak selamanya teratur,
dapat maju maupun mundur akan tetapi pada dasarnya perkembangan tidak terjadi
secara meloncat-loncat. Fase pada manusia berlangsung seiring dengan kegiatan
belajar. Namun kegiatan belajar ini bukan merupakan kegiatan belajar yang
ilmiah. Hal-hal yang dapat menimbulkan tugas-tugas perkembangan diantaranya
adaanya kematangan fisik tertentu pada fase perkembangan tertentu, adanya
dorongan cita-cita psikologis manusia yang sedang berkembang itu sendiri, dan
adanya tuntutan kultural masyarakat.
Fase dan tugas perkembangan pada
manusia di antaranya :
1.
Prenatal
(Pralahir), masa ini merupakan periode masa pertumbuhan yang luar
dari satu sel tunggal hingga menjadi organisme yang sempurna dengan kemampuan
otak dan perilaku yang dihasilkan kira-kira 9 bulan di dalam kandungan.
2. Masa Bayi
(infacy),Masa ini merupakan periode perkembangan yang merentang
dari kelahiran 18 atau 24 bulan.Pada fase ini dimana bayi dalam masa menghayati
obyek di luar sendiri dan mulai melatih fumgsi motoriknya seperti
gerakan-gerakan yang yang berhubungan dengan anggota badan.
Masa bayi adalah masa ketergantungan,
ketidakberdayaan, dan masa yang sangat bergantung pada orang dewasa terutama
orang tunya karena pada masa ini,bayi belum bisa apa-apa.
3. Masa awal
anak-anak (early chidhood),Pada masa ini periode pekembangan
yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini
biasanya disebut dengan periode prasekolah. Selama masa ini, anak anak kecil
belajar semakin mandiri dan menjaga diri mereka sendiri, mengembangkan
keterampilan kesiapan bersekolah (mengikuti perintah, mengidentifikasi huruf),
dan meluangkan waktu berjam jam untuk bermain dengan teman teman sebaya. Jika
telah memasuki kelas satu sekolah dasar, maka secara umum mengakhiri masa awal
anak anak. Dalam masa ini tugas perkembangannya seperti mempelajari keterampilan
fisik yang di perlukan dalam permainan tertentu, belajar bergaul secara rukun
dengan teman sebaya dan sebagainya.,
4. Masa
pertengahan dan akhir anak-anak (middle and late childhood),Pada fase
ini periode perkembangan yang merentang dari usia kira-kira enam hingga sebelas
tahun, yang setara dengan tahun sekolah dasar, keterampilan fundamental seperti
membaca, menulis, dan berhitung telah dikuasai. Anak secara formal berhubungan
dengan dunia yang lebih luas dan kebudayaan. Prestasi menjadi tema yang lebih
sentral dari dunia anak dan pengendalian diri mulai meningkat. Anak juga sudah
mengenal lingkungan di sekitarnya dan saling berinteraksi dengan
teman-temannya.Dalam tahap ini anak mulai tidak bergantung pada orang tuanya
dan biasanya anak juga mulai menguasai diri,lingkungandan keterampilan dasar
untuk hidup. Dalam perkembangan anak-anak orang tua memiki fungsi untuk membimbing,
mengarahkan dan mengawasi anak.
5. Masa
praremaja,masa ini pendek dan kurang lebih hanya satu tahun
yaitu untuk perempuan antara umur 11/12 tahun sampai 12/13 tahun sedangkan
untuk laki-laki antara 12/13 tahun sampai 13/14 tahun. Fase ini mempunyai
banyak pengaruh dalam perkembangan seseorang karena masa ini cenderung banyak
pengaruh negatifnya. Misalnya perkembangan fungsi-fungsi tubuh terutama faktor
seks. Jadi dalam masa praremaja ini orang tua sangat di butuhkan agar dapat
mengarahkan,membimbing,serta mengawasi perkembangan anak.
6. Masa remaja
(adolescence), Pada masa ini umur 13/14 tahun sampai 17 tahun.Dalam
fase ini perubahan-perubahan fisik terjsdi sangat pesatdan mencapai puncaknya.
Seseorang banyak menemui ketidakstabilan dan ketidakseimbangan emosional dan
seseorang cenderung mempunyai status yang tidak jelas karena masih dalam proses
mencari identitas dirinya.
Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang
cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk
tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual Pada perkembangan ini, pencapaian
kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak,
dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga. Pada
masa ini mempunyai tugas perkembangan seperti mengembangkan kemapuan
intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara yang baik,
memupuk dan memperoleh perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial,
serta memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman
berperilaku.
7. Masa awal
dewasa (early adulthood),pada masa awal dewasa ini merupakan
periode perkembangan yang bermula pada akhir usia belasan tahun atau awal usia 20
tahun dan yang berakhir pada usia 30 tahun. Masa ini adalah masa pembentukan
kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karir, dan bagi banyak
orang, masa pemilihan pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab,
memulai keluarga, dan mengasuh anak anak.
8. Masa pertengahan
dewasa (middle adulthood),usia kira-kira 35 hingga 45 tahun
dan merentang hingga usia 60 tahun. Masa ini adalah masa serseorang untuk
memperluas keterlibatan dan tanggung jawab pribadi dan sosial seperti membantu
generasi berikutnya menjadi individu yang berkompeten, dewasa serta
mempertahankan kepuasan dalam berkarir.
9. Masa akhir
dewasa (late adulthood),pada usia 60 atau70 tahun dan
berakhir pada kematian.Pada masa ini adalah masa penyesuaian diri atas
berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali kehidupannya, pensiun, dan
penyesuaian diri dengan peran sosial
baru serta masa transisi yaitu masa menyesuaikan kembali. Pada masa ini
seseorang mempunyai tugas perkembangan seperti menyesuaikan diridengan
menurunnya kesehatan dan kekuatan fisik, menjalin hubungan dengan perkumpulan
manusia usia lanjut serta memenuhi kewajiban sosial dan sebagai warga negara.
Jadi Tugas
dan fase perkembangan pada manusia merupakan sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan karena keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat, dan dalam
perkembangan setiap fase juga pasti selalu diiringi oleh tugas perkembangan.
C. Batas-Batas Pendidikan Dalam Islam
Pendidikan tidak dapat dipisahkan
dari manusia. Pendidikan sebagai sebuah kegiatan, proses, hasil, dan ilmu, pada
dasarnya adalah usaha sadar yang dilakukan manusia seumur hidup (life long education)
guna memenuhi kebutuhan hidup. Berbagai potensi dasar atau fitrah sebagaimana
diuraikan di atas harus ditumbuhkembangkan secara optimal dan terpadu melalui
proses pendidikan seumur hidup.
Pendidikan seumur hidup, mempunyai
ruang lingkup sepanjang kehidupan manusia. Artinya seluruh kegiatan pendidikan
berlangsung seumur kehidupan manusia dan juga berlangsung dimana saja. Jangka
waktu dan tempat kegiatan pembelajaran mencakup dan memadukan semua tahapan
pendidikan dan tidak berhenti pada seluruh kegiatan pendidikan masa
persekolahan saja. Jadi, pendidikan seumur hidup meliputi semua pola kegiatan
pendidikan baik formal, informal, maupun nonformal, baik kegiatan belajar yang
terencana maupun yang bersifat insidental.
Jika kita mempersoalkan batas-batas
pendidikan, maka yang dimaksudkan adalah pembatasan nyata dari proses
pendidikan dalam jangka waktu tertentu.
1. Batasan awal pendidikan dalam Islam
Manusia adalah makhluk Allah yang
paling unik dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Keunikannya terletak
pada manusia sebagai makhluk Allah yang paling mulia, sebagai khalifah di muka
bumi dan kelak di hari akhir akan diminta pertanggungjawabannya.
Oleh karena itu manusia seyogyanya
dibimbing dan diarahkan sejak awal pertumbuhannya agar kehidupannya berjalan
mulus. Bimbingan yang dilakukan sejak dini mempunyai pengaruh amat besar bagi
kehidupan di masa dewasa. Mungkin inilah yang melatar belakangi sabda Nabi SAW,
yakni memerintahkan agar manusia belajar sejak kecil.
اُطْلُبِ الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ اِلَى اللَّحْدِ
Artinya:
“Belajarlah
(carilah ilmu) sejak engkau dalam buian (ayunan) sampaikelianglahat”.
Kemudian ada
pepatah Arab yang menyatakan:
التَّعَلُّمُ فِى الصَّغِيْرِ كَالنَّقْشِ عَلَى الْحَجَرِ
Artinya: ”belajar diwaktu kecil bagaikan mengukir
diatas batu”.
Maksudnya
semua apa saja yang dipelajari anak diwaktu kecil mempunyai kesan atau pengaruh
yang amat dalam baginya dan sulit untuk dihilangkan, kalaupun ingin dihilangkan
harus dengan melalui proses yang lama. Kesan yang diterima di waktu kecil itu
telah merasuk dalam jantung hatinya sehingga telah mendarah daging bagi
dirinya. Karena itu kepada orang tua dianjurkan untuk membimbing anaknya sedinimungkin
dan dengan penuh kesungguhan.
Pendidikan dimulai dengan pemeliharaan yang merupakan
persiapan ke arah pendidikan nyata, yaitu pada minggu dan bulan pertama seorang
anak dilahirkan, sedangkan pendidikan yang sesungguhnya baru terjadi kemudian.
Pada
pendidikan yang sesungguhnya dari anak, dituntut pengertian bahwa ia harus memahami
apa yang dikehendaki oleh pemegang kewibawaan dan menyadari bahwa hal yang diajarkan adalah perlu baginya..
Beberapa
pendapat ahli tentang batas pendidikan, antara lain;
a.
M. J.
Langeveld Ia berpendapat bahwa pendidikan bagi seorang anak
dapat dimulai pada saat ia mengenal kewibawaan dan berakhir bila anak telah
dapat bertanggung jawab (mencapai kedewasaan).
b.
Ki Hajar
Dewantara berpendapat bahwa pendidikan dimulai sejak anak lahir
dan berakhir setelah tercapainya kedewasaan (berumur 24 tahun). Begitu anak
lahir ia sudah dapat menerima pengaruh edukatif dari pendidikannya, sekalipun
ia belum menyadari pengaruh tersebut. Pendidikan sudah dapat memulai
pembentukan dan pembinaan kepribadian anaknya sejak hari kelahirannya.
c.
J. J.
Rousseau memandang bahwa pendidikan itu mempunyai pengaruh
positif dan pengaruh negatif terhadap perkembangan kepribadian anak. Pendidikan
dalam arti negatif dimulai sejak anak lahir hingga umur 12 tahun. Sedangkan
pendidikan dalam arti positif dimulai sejak anak berumur 12 tahun sampai
terwujudnya kedewasaan yang umur 20 tahun. Rousseau berpendapat, bahwa
sejak lahir menjelang umur 12 tahun. Anak mempunyai motivasi sendiri (intrinsic
motivation) untuk berkembang. Bahkan campur tangan orang dewasa dalam
mempengaruhi anak akan merusak kesucian anak. Berbeda halnya bila anak telah
mencapai umur 12 tahun. Pendidikan perlu mendidiknya, mempengaruhinya dalam
memberikan motivasi (ekstrinsic motivation) untuk mendapatkan
pengalaman-pengalaman yang berguna sampai ia dewasa (berumur 20 tahun).
Batas ialah suatu yang menjadi hijab atau ruang
lingkup; awal dan akhir berarti memiliki permulaan dan akhir. Sedangkan
pendidikan adalah pengaktualisasian fitrah insaniyah yang manusiawi dan
potensial agar manusia dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya (individual, sosial, religius).
Dari segi psikologi, usia 3-4 tahun dikenal sebagai “masa pembangkang” atau “masa krisis”. Dari segi pendidikan
justru pada masa itu terbuka peluang ketidakpatuhan yang sekaligus merupakan
landasan untuk menegakkan kepatuhan yang
sesungguhnya. Artinya, di saat itulah terbuka peluang ke arah kesediaan
menerima yang sesungguhnya. Setelah itu anak mulai memiliki “kesadaran batin” atau motivasi dalam
perilakunya. Dari sinilah mulai terbuka penyelenggaraan pendidikan, artinya
sentuhan-sentuhan pendidikan untuk menumbuhkembangkan motivasi anak dalam
perilakunya ke arah tujuan-tujuan
pendidikan.
Dr. Asma
Hasan Fahmi mengemukakan bahwa dikalangan ahli didik Islam
berbeda pendapat tentang kapan anak mulai dapat dididik. Sebagian diantara
mereka mengatakan setelah anak berusia 4 tahun.Menurut Al ‘Aabdari anak dimulai dididik dalam arti sesungguhnya setelah
berusia 7 tahun. Karena itu beliau mengkritik orang tua yang menyekolahkan
anaknya pada usia yang masih terlalu muda.
b. Batas
Akhir Pendidikan Islam.
Sebagaimana sulitnya menetapakan
kapan sesungguhnya pendidikan anak berlangsung untuk pertama kalinya, begitu
pulalah sulitnya menentukan kapan pendidikan itu berlangsung untuk
terakhirkalinya. Kesulitan tersebut berkaitan erat dengan kesukaran menentukan
masa kematangan. Seorang anak dalam hal-hal tertentu telah mencapai
kematangannya, tetapi dalam hal-hal lain kadang-kadang masih tetap menunjukan
sikap kekanak-kanakan. Misalnya, dalam bidang keterampilan tertentu seseorang
anak telah memiliki pandangan-pandangan yang mendiri, tetapi dalam bidang sikap
kedewasaannya sama sekali tidak tampak.
Sebelum anak mengenal kewibawaan
(gezag) dari pendidik maka peristiwa pendidikan belum ada, dan yang ada hanya
latihan dan pembiasaan saja. Kewibawaan yang dimaksud adalah kekuatan batin
yang dimiliki oleh pendidik yang ditaati oleh anak didik. Langevel memandang
pendidikan itu sebagai suatu pergaulan antara anak didik dengan pendidik. Tugas
pendidik ialah mendewasakan anak didik (manusia muda) dengan membimbing sampai
pada tingkat kedewasaan (jasmani dan rohani). Sehingga dapat berdiri sendiri
dan bertanggung jawab secara etis.
Padadasarnyapendidikantidakmengenalbatasanwaktu,
usia, dantempat,namunberbicaramengenaibatas-bataspendidikanmaka yang dimaksudkan
adalah pembatasan nyata dari proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu.Batas
awalpendidikandimulai dengan pemeliharaan yang merupakan persiapan ke arah
pendidikan nyata, yaitu pada minggu dan bulan pertama seorang anak dilahirkan,
sedangkan pendidikan yang sesungguhnya baru terjadi kemudian.Adapunbatas
terakhir pendidikan Islam yaitusampai akhir hayat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tiadalah seseorang yang dilahirkan
melainkan menurut fitrahnya, maka
akibat kedua orang tuanyalah yang me-Yahudikannya atau me-Nasranikannya
atau bahkan me-Majusikannya. Kita telah ketahui bersama bahwa pendidikan adalah suatu proses pembentukan kepribadian manusia. Oleh karena itu pendidikan merupakan hal yang penting bagi kita, dan pendidikan Islam itu sendiri mempunyai batas awal yaitu pendidikan Islam harus dimulai semenjak seorang laki-laki dan seorang perempuan mengikat tali perkawinan. Dan batas akhir pendidikan adalah tidak terbatas pada suatu priode atau jenjang tertentu, tetapi berlangsung sepanjang hayat. Ia merupakan pendidikan ” dari buaian hingga liang lahat “ selalu memperbarui diri, serta terus menerus mengembangkan kepribadian dan memperkaya kemanusiaan.
akibat kedua orang tuanyalah yang me-Yahudikannya atau me-Nasranikannya
atau bahkan me-Majusikannya. Kita telah ketahui bersama bahwa pendidikan adalah suatu proses pembentukan kepribadian manusia. Oleh karena itu pendidikan merupakan hal yang penting bagi kita, dan pendidikan Islam itu sendiri mempunyai batas awal yaitu pendidikan Islam harus dimulai semenjak seorang laki-laki dan seorang perempuan mengikat tali perkawinan. Dan batas akhir pendidikan adalah tidak terbatas pada suatu priode atau jenjang tertentu, tetapi berlangsung sepanjang hayat. Ia merupakan pendidikan ” dari buaian hingga liang lahat “ selalu memperbarui diri, serta terus menerus mengembangkan kepribadian dan memperkaya kemanusiaan.
Pendidikanadalahusahasadar yang
dilakukanmanusiaseumurhidupgunamemenuhikebutuhanhidupnyasertaupayamenumbuhkembangkanpotensidasar
yang adapadadirimanusia.Padadasarnyapendidikantidakmengenalbatasanwaktu, usia,
dantempat,namunberbicaramengenaibatas-bataspendidikanmaka yang dimaksudkan
adalah pembatasan nyata dari proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu.Batas
awalpendidikandimulai dengan pemeliharaan yang merupakan persiapan ke arah
pendidikan nyata, yaitu pada minggu dan bulan pertama seorang anak dilahirkan,
sedangkan pendidikan yang sesungguhnya baru terjadi kemudian.Adapunbatas
terakhir pendidikan Islam yaitusampai akhir hayat.
DAFTAR
PUSTAKA
Darajat
Zakiah, dkk, 2008.Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta; Bumi Aksara)
Ahmad Tafsir, 2005.Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam,
(Bandung; Remaja Rosdakrya).
Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan. (Jakarta:
erlangga).
Ubhiyati, Nur. 1997. Ilmu
Pendidikan Islam (IPI), Bandung: CV Pustaka Setia.
Salim, Moh. Haitami dan Syamsul
Kurniawan. 2012.Studi Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media).
Ramayulis,
2010. Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta; Kalam Mulia)
Mujib, Abdul dan Yusuf Mudzakkir. 2006. Ilmu Pendidikan Islam, Ed. I. Cet.
I; Jakarta: Kencana.
Ramayulis. 2002.Ilmu Pendidikan Islam. Cet. III; Jakarta: Kalam Mulia.
Rosyadi, Khoiron. 2004.Pendidikan Profetik. Cet. I; Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Tafsir, Ahmad.2005.Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam.
Cet. VI; Bandung: Remaja Rosdakrya.
0 Response to "Dasar Kebutuhan Anak Untuk Memperoleh Pendidikan"
Post a Comment