Dasar Kebutuhan Anak Untuk Memperoleh Pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kepribadian manusia. Sebagai suatu proses, pendidikan tidak hanya berlangsung pada suatu saat saja. Akan tetapi proses pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah pendidikan seumur hidup, dan ada juga yang menyebutnya pendidikan terus menerus. Islam sendiri telah menggariskan tentang proses pendidikan seumur hidup. Dalam suatu riwayat, Rasulullah SAW bersabda :
أُطْلُبِ اْلعِلْمَ مِنَ اْلمَهْدِ إِلَى اللَّهْـدِ

tuntutlah ilmu sejak masih dalam ayunan hingga hingga dimasukkan dalam liang kubur“.

Bila ungkapan riwayat itu dimaknai secara literal maka akan didapat suatu pemahaman, pendidikan manusia hanya terbatas setelah dilahirkan hinggga kematiannya. Ini jelas kurang tepat untuk itu harus dimaknai secara kontekstual.
Salah satu komponen dalam system pendidikan adalah adanya peserta didik, peserta didik merupakan komponen yang sangat penting dalam system pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan sebagai pendidik apabila tidak ada yang dididiknya.Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu dikembangkan melalui pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik pendidikan itu dilingkungan keluarga, sekolah maupun dilingkungan masyarakat dimana anak tersebut berada.
Dalam kajian filosofisnya, peserta didik dipandang sebagai manusia seutuhnya, dimana mereka dipandang manusia yang memiliki hak dan kewajiban.  Dalam pendidikan, hak-hak peserta didik haruslah lebih dikedepankan atau diutamakan seperti hak mereka untuk mendapatkan pengetahuan yang sesuai dengan keinginan mereka, hak mereka untuk mengembangkan potenti-potensi yang ada pada mereka, dimana itu semua dalam rangka mempersiapkan mereka menjadi manusia yang dewasa. Selain hak-hak tersebut, peserta didik juga memiliki kewajiban yang harus mereka jalani.
Sebagai peserta didik juga harus memahami kewajiban, etika serta melaksanakanya. Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilakukan atau dilaksanakan oleh peserta didik. Sedangkan etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan yang harus di taati dan dilaksanakan oleh peserta didik dalam proses belajar. Namun, itu semua tidak terlepas dari keterlibatan pendidik, karena seorang pendidik harus memahami dan memberikan pemahaman tentang aspek-aspek yang terdapat didalam diri peserta didik terhadap peserta didik itu sendiri, kalau seorang pendidik tidak mengetahui aspek-aspek tersebut, maka potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut akan sulit dikembangkan, dan peserta didikpun juga mengenali potensi yang dimilikinya.

B.  Rumusan Masalah
1.    Apa Dasar Kebutuhan Anak untuk Memperoleh Pendidikan?
2.    Seperti apa Pertumbuhan Anak (Manusia) itu?
3.    Sampai dimanakah Batas-Batas Pendidikan Dalam Islam?

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Dasar Kebutuhan Anak Untuk Memperoleh Pendidikan
Secara kodrati, anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari orang dewasa. Dasar kodrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak yang hidup di dunia ini. Allah SWT menciptakan manusia dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an, "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun......" (Q.S. An-Nahl: 78). Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan status manusia sebagaimana mestinya adalah melalui pendidikan. Dalam hal ini, keharusan mendapatkan pendidikan itu jika diamati lebih jauh sebenarnya mengandung aspek-aspek kepentingan yang antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut;
1.    Aspek Paedagogis
Dalam aspek ini, para ahli tidak memandang manusia sebagai animal educandum: makhluk yang memerlukan pendidikan. Dalam kenyataanya manusia dapat dikategorikan sebagai animal, artinya binatang yang dapat didik. Sedangkan binatang pada umumnya tidak dapat didik, melainkan hanya dilatih secara dressur, artinya latihan untuk mengerjakan sesuatu yang sifatnya statis, tidak berubah. Adapun manusia dengan potensi yang dimilikinya dapat dididik dan dikembangkan ke arah yang diciptakan, setaraf dengan kemampuan yang dimilikinya.
2.    Aspek Sosiologis dan Kultural
Menurut ahli sosiologis, pada prinsipnya manusia adalah moscius, yaitu makhluk yang berwatak dan berkemampuan dasar atau memiliki garizah (insting) untuk hidup bermasyarakat. Sebagai makhluk sosial, manusia harus memiliki rasa tanggung jawab sosial yang diperlukan dalam mengembangkan hubungan timbal balik dan saling  mempengaruhi antara sesama anggota masyarakat dalam kesatuan hidup mereka. Apabila manusia sebagai makhluk sosial itu berkembang, maka berarti merupakan makhluk yang berkebudayaan baik oral maupun material. Diantara satu insting manusia adalah adanya kecenderungan mempertahankan segala apa yang dimilikinya, termasuk kebudayaannya.
3.    Aspek Tauhid
Aspek tauhid ini ialah aspek pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang berketuhanan, yang menurut istilah ahli disebut homodivinous (makhluk yang percaya adanya Tuhan) atau disebut juga homoreligious artinya makhluk yang beragama. Adapun kemampuan dasar yang menyebabkan manusia menjadi makhluk yang berketuhanan atau beragama adalah di dalam jiwa manusia terdapat insting yang disebut insting religious atau garizah diniyah (insting percaya pada agama). Itulah sebabnya, tanpa melalui proses pendidikan  insting religious atau garizah diniyah tersebut tidak akan mungkin dapat berkembang secara wajar. Dengan demikian, pendidikan keagamaan mutlak diperlukan untuk mengembangkan insting religious atau garizah diniyah  tersebut.

B.  Pertumbuhan Anak (Manusia)
Manusia pada dasarnya pasti mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan sesuatu yang berkaitan erat. Pertumbuhan merupakan proses perubahan fisik atau tubuh pada manusia yang bersifat evolusi dan hanya pada batas waktu tertentu. Pertumbuhan sebagai hasil proses pematangan fungsi-fungsi fisik. Contoh dari pertumbuhan misalnya perubahan tinggi badan, berubahnya berat badan, semakin sempurnanya syaraf, dan organ-organ pada manusia. Perubahan dimensi serta perubahan dalam sifat-sifat jasmaniah dari kekuatan dan kapasitas otot pada tubuh. Pertumbuhan merupakan proses yang berkesinambungan mulai dari keadaan sederhana sampai pada keadaan yang kompleks.
Perkembangan ini terjadi dalam kehidupan manusia karena hasil dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik dan kemudian juga dapat di dukung pula oleh faktor lingkungan. Proses perkembangan biasnya dapat berupa bertambahnya berat badan, bertambahnya tinggi badan, dan proporsi organ-organ tubuh lainnya kemudian misalnya seperti dari bisa berbaring, lalu mampu tengkurap, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, berbicara dan seterusnya. Namun perlu diketahui bahwa perkembangan dapat bersifat evolusi maupun inevolusi artinya bahwa perkembangan yang terjadi pada manusia tidak hanya mengalami kemajuan akan tetapi juga dapat mengalami kemunduran. Perkembangan terjadi karen kematangan pola-pola dasar tingkah laku dan bukan merupakan hasil dari proses belajar.
Ada beberapa perkembangan pada  diri manusia yaitu; Perkembangan fisik pada manusia dapat mencakup pertumbuhan biologis.Misalnya pertumbuhan otot,otak.tulang,serta penuaan dengan berkurangnya ketajaman pandangan mata dan berkurangmya kekuatan-kekuatan otot. Perkambangan kognitif pada manusia mencakup perubahan-perubahan dalam berfikir, kemampuan berbahasa yang terjadi melalui proses belajar.Perkembangan Psikososialberkaitan dengan perubahan-perubahan emosi dan identitas pribadi individu yaitu bagaimana seseorang berhubungan dengan keluarga, teman-teman, dan gurunya.
Pertumbuhan dan perkembangan walaupun hampir sama tetapi ada perbedaannya yaitu perkembangan akan berlanjut terus hingga manusia mengakhiri hayatnya sedangkan pertumbuhan hanya terjadi sampai manusia mencapai kematangan fisik artinya bahwa individu tidak akan bertambah tinggi atau besar jika batas pertumbuhan tubuhnya telah mencapai tingkat kematangan.
Perkembangan pada manusia pada dasarnya melalui fase-fase atau tahap demi tahap namun perkembangan ini tidak selamanya teratur, dapat maju maupun mundur akan tetapi pada dasarnya perkembangan tidak terjadi secara meloncat-loncat. Fase pada manusia berlangsung seiring dengan kegiatan belajar. Namun kegiatan belajar ini bukan merupakan kegiatan belajar yang ilmiah. Hal-hal yang dapat menimbulkan tugas-tugas perkembangan diantaranya adaanya kematangan fisik tertentu pada fase perkembangan tertentu, adanya dorongan cita-cita psikologis manusia yang sedang berkembang itu sendiri, dan adanya tuntutan kultural masyarakat.
     Fase dan tugas perkembangan pada manusia di antaranya :
1.    Prenatal (Pralahir), masa ini merupakan periode masa pertumbuhan yang luar dari satu sel tunggal hingga menjadi organisme yang sempurna dengan kemampuan otak dan perilaku yang dihasilkan kira-kira 9 bulan di dalam kandungan.
2.  Masa Bayi (infacy),Masa ini merupakan periode perkembangan yang merentang dari kelahiran 18 atau 24 bulan.Pada fase ini dimana bayi dalam masa menghayati obyek di luar sendiri dan mulai melatih fumgsi motoriknya seperti gerakan-gerakan yang yang berhubungan dengan anggota badan.
    Masa bayi adalah masa ketergantungan, ketidakberdayaan, dan masa yang sangat bergantung pada orang dewasa terutama orang tunya karena pada masa ini,bayi belum bisa apa-apa.
3.   Masa awal anak-anak (early chidhood),Pada masa ini periode pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah. Selama masa ini, anak anak kecil belajar semakin mandiri dan menjaga diri mereka sendiri, mengembangkan keterampilan kesiapan bersekolah (mengikuti perintah, mengidentifikasi huruf), dan meluangkan waktu berjam jam untuk bermain dengan teman teman sebaya. Jika telah memasuki kelas satu sekolah dasar, maka secara umum mengakhiri masa awal anak anak. Dalam masa ini tugas perkembangannya seperti mempelajari keterampilan fisik yang di perlukan dalam permainan tertentu, belajar bergaul secara rukun dengan teman sebaya dan sebagainya.,
4. Masa pertengahan dan akhir anak-anak (middle and late childhood),Pada fase ini periode perkembangan yang merentang dari usia kira-kira enam hingga sebelas tahun, yang setara dengan tahun sekolah dasar, keterampilan fundamental seperti membaca, menulis, dan berhitung telah dikuasai. Anak secara formal berhubungan dengan dunia yang lebih luas dan kebudayaan. Prestasi menjadi tema yang lebih sentral dari dunia anak dan pengendalian diri mulai meningkat. Anak juga sudah mengenal lingkungan di sekitarnya dan saling berinteraksi dengan teman-temannya.Dalam tahap ini anak mulai tidak bergantung pada orang tuanya dan biasanya anak juga mulai menguasai diri,lingkungandan keterampilan dasar untuk hidup. Dalam perkembangan anak-anak orang tua memiki fungsi untuk membimbing, mengarahkan dan mengawasi anak.
5.  Masa praremaja,masa ini pendek dan kurang lebih hanya satu tahun yaitu untuk perempuan antara umur 11/12 tahun sampai 12/13 tahun sedangkan untuk laki-laki antara 12/13 tahun sampai 13/14 tahun. Fase ini mempunyai banyak pengaruh dalam perkembangan seseorang karena masa ini cenderung banyak pengaruh negatifnya. Misalnya perkembangan fungsi-fungsi tubuh terutama faktor seks. Jadi dalam masa praremaja ini orang tua sangat di butuhkan agar dapat mengarahkan,membimbing,serta mengawasi perkembangan anak.
6. Masa remaja (adolescence), Pada masa ini umur 13/14 tahun sampai 17 tahun.Dalam fase ini perubahan-perubahan fisik terjsdi sangat pesatdan mencapai puncaknya. Seseorang banyak menemui ketidakstabilan dan ketidakseimbangan emosional dan seseorang cenderung mempunyai status yang tidak jelas karena masih dalam proses mencari identitas dirinya.
    Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga. Pada masa ini mempunyai tugas perkembangan seperti mengembangkan kemapuan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara yang baik, memupuk dan memperoleh perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial, serta memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman berperilaku.
7.  Masa awal dewasa (early adulthood),pada masa awal dewasa ini merupakan periode perkembangan yang bermula pada akhir usia belasan tahun atau awal usia 20 tahun dan yang berakhir pada usia 30 tahun. Masa ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karir, dan bagi banyak orang, masa pemilihan pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan mengasuh anak anak.
8.  Masa pertengahan dewasa (middle adulthood),usia kira-kira 35 hingga 45 tahun dan merentang hingga usia 60 tahun. Masa ini adalah masa serseorang untuk memperluas keterlibatan dan tanggung jawab pribadi dan sosial seperti membantu generasi berikutnya menjadi individu yang berkompeten, dewasa serta mempertahankan kepuasan dalam berkarir.
9.  Masa akhir dewasa (late adulthood),pada usia 60 atau70 tahun dan berakhir pada kematian.Pada masa ini adalah masa penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali kehidupannya, pensiun, dan penyesuaian diri dengan peran  sosial baru serta masa transisi yaitu masa menyesuaikan kembali. Pada masa ini seseorang mempunyai tugas perkembangan seperti menyesuaikan diridengan menurunnya kesehatan dan kekuatan fisik, menjalin hubungan dengan perkumpulan manusia usia lanjut serta memenuhi kewajiban sosial dan sebagai warga negara.
   Jadi Tugas dan fase perkembangan pada manusia merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan karena keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat, dan dalam perkembangan setiap fase juga pasti selalu diiringi oleh tugas perkembangan.

Bottom of Form
C.  Batas-Batas Pendidikan Dalam Islam
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari manusia. Pendidikan sebagai sebuah kegiatan, proses, hasil, dan ilmu, pada dasarnya adalah usaha sadar yang dilakukan manusia seumur hidup (life long education) guna memenuhi kebutuhan hidup. Berbagai potensi dasar atau fitrah sebagaimana diuraikan di atas harus ditumbuhkembangkan secara optimal dan terpadu melalui proses pendidikan seumur hidup.
Pendidikan seumur hidup, mempunyai ruang lingkup sepanjang kehidupan manusia. Artinya seluruh kegiatan pendidikan berlangsung seumur kehidupan manusia dan juga berlangsung dimana saja. Jangka waktu dan tempat kegiatan pembelajaran mencakup dan memadukan semua tahapan pendidikan dan tidak berhenti pada seluruh kegiatan pendidikan masa persekolahan saja. Jadi, pendidikan seumur hidup meliputi semua pola kegiatan pendidikan baik formal, informal, maupun nonformal, baik kegiatan belajar yang terencana maupun yang bersifat insidental.
Jika kita mempersoalkan batas-batas pendidikan, maka yang dimaksudkan adalah pembatasan nyata dari proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu.
1.    Batasan awal pendidikan dalam Islam
Manusia adalah makhluk Allah yang paling unik dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Keunikannya terletak pada manusia sebagai makhluk Allah yang paling mulia, sebagai khalifah di muka bumi dan kelak di hari akhir akan diminta pertanggungjawabannya.
Oleh karena itu manusia seyogyanya dibimbing dan diarahkan sejak awal pertumbuhannya agar kehidupannya berjalan mulus. Bimbingan yang dilakukan sejak dini mempunyai pengaruh amat besar bagi kehidupan di masa dewasa. Mungkin inilah yang melatar belakangi sabda Nabi SAW, yakni memerintahkan agar manusia belajar sejak kecil.
اُطْلُبِ الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ اِلَى اللَّحْدِ
Artinya:
“Belajarlah (carilah ilmu) sejak engkau dalam buian (ayunan) sampaikelianglahat”.
Kemudian ada pepatah Arab yang menyatakan:
التَّعَلُّمُ فِى الصَّغِيْرِ كَالنَّقْشِ عَلَى الْحَجَرِ
Artinya: ”belajar diwaktu kecil bagaikan mengukir diatas batu”.
Maksudnya semua apa saja yang dipelajari anak diwaktu kecil mempunyai kesan atau pengaruh yang amat dalam baginya dan sulit untuk dihilangkan, kalaupun ingin dihilangkan harus dengan melalui proses yang lama. Kesan yang diterima di waktu kecil itu telah merasuk dalam jantung hatinya sehingga telah mendarah daging bagi dirinya. Karena itu kepada orang tua dianjurkan untuk membimbing anaknya sedinimungkin dan dengan penuh kesungguhan.
Pendidikan dimulai dengan pemeliharaan yang merupakan persiapan ke arah pendidikan nyata, yaitu pada minggu dan bulan pertama seorang anak dilahirkan, sedangkan pendidikan yang sesungguhnya baru terjadi kemudian.
Pada pendidikan yang sesungguhnya dari anak, dituntut pengertian bahwa ia harus memahami apa yang dikehendaki oleh pemegang kewibawaan dan menyadari bahwa  hal yang diajarkan adalah perlu baginya..
Beberapa pendapat ahli tentang batas pendidikan, antara lain;
a.    M. J. Langeveld Ia berpendapat bahwa pendidikan bagi seorang anak dapat dimulai pada saat ia mengenal kewibawaan dan berakhir bila anak telah dapat bertanggung jawab (mencapai kedewasaan).
b.    Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan dimulai sejak anak lahir dan berakhir setelah tercapainya kedewasaan (berumur 24 tahun). Begitu anak lahir ia sudah dapat menerima pengaruh edukatif dari pendidikannya, sekalipun ia belum menyadari pengaruh tersebut. Pendidikan sudah dapat memulai pembentukan dan pembinaan kepribadian anaknya sejak hari kelahirannya.
c.    J. J. Rousseau memandang bahwa pendidikan itu mempunyai pengaruh positif dan pengaruh negatif terhadap perkembangan kepribadian anak. Pendidikan dalam arti negatif dimulai sejak anak lahir hingga umur 12 tahun. Sedangkan pendidikan dalam arti positif dimulai sejak anak berumur 12 tahun sampai terwujudnya kedewasaan yang  umur 20 tahun. Rousseau berpendapat, bahwa sejak lahir menjelang umur 12 tahun. Anak mempunyai motivasi sendiri (intrinsic motivation) untuk berkembang. Bahkan campur tangan orang dewasa dalam mempengaruhi anak akan merusak kesucian anak. Berbeda halnya bila anak telah mencapai umur 12 tahun. Pendidikan perlu mendidiknya, mempengaruhinya dalam memberikan motivasi (ekstrinsic motivation) untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman yang berguna sampai ia dewasa (berumur 20 tahun).
Batas ialah suatu yang menjadi hijab atau ruang lingkup; awal dan akhir berarti memiliki permulaan dan akhir. Sedangkan pendidikan adalah pengaktualisasian fitrah insaniyah yang manusiawi dan potensial agar manusia dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya (individual, sosial, religius).
Dari segi psikologi, usia 3-4 tahun dikenal sebagai “masa pembangkang” atau  masa krisis”. Dari segi pendidikan justru pada masa itu terbuka peluang ketidakpatuhan yang sekaligus merupakan landasan  untuk menegakkan kepatuhan yang sesungguhnya. Artinya, di saat itulah terbuka peluang ke arah kesediaan menerima yang sesungguhnya. Setelah itu anak mulai memiliki “kesadaran batin” atau motivasi dalam perilakunya. Dari sinilah mulai terbuka penyelenggaraan pendidikan, artinya sentuhan-sentuhan pendidikan untuk menumbuhkembangkan motivasi anak dalam perilakunya ke arah tujuan-tujuan pendidikan.
Dr. Asma Hasan Fahmi mengemukakan bahwa dikalangan ahli didik Islam berbeda pendapat tentang kapan anak mulai dapat dididik. Sebagian diantara mereka mengatakan setelah anak berusia 4 tahun.Menurut Al ‘Aabdari anak dimulai dididik dalam arti sesungguhnya setelah berusia 7 tahun. Karena itu beliau mengkritik orang tua yang menyekolahkan anaknya pada usia yang masih terlalu muda.

b.    Batas Akhir Pendidikan Islam.
Sebagaimana sulitnya menetapakan kapan sesungguhnya pendidikan anak berlangsung untuk pertama kalinya, begitu pulalah sulitnya menentukan kapan pendidikan itu berlangsung untuk terakhirkalinya. Kesulitan tersebut berkaitan erat dengan kesukaran menentukan masa kematangan. Seorang anak dalam hal-hal tertentu telah mencapai kematangannya, tetapi dalam hal-hal lain kadang-kadang masih tetap menunjukan sikap kekanak-kanakan. Misalnya, dalam bidang keterampilan tertentu seseorang anak telah memiliki pandangan-pandangan yang mendiri, tetapi dalam bidang sikap kedewasaannya sama sekali tidak tampak.
Sebelum anak mengenal kewibawaan (gezag) dari pendidik maka peristiwa pendidikan belum ada, dan yang ada hanya latihan dan pembiasaan saja. Kewibawaan yang dimaksud adalah kekuatan batin yang dimiliki oleh pendidik yang ditaati oleh anak didik. Langevel memandang pendidikan itu sebagai suatu pergaulan antara anak didik dengan pendidik. Tugas pendidik ialah mendewasakan anak didik (manusia muda) dengan membimbing sampai pada tingkat kedewasaan (jasmani dan rohani). Sehingga dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab secara etis.
Padadasarnyapendidikantidakmengenalbatasanwaktu, usia, dantempat,namunberbicaramengenaibatas-bataspendidikanmaka yang dimaksudkan adalah pembatasan nyata dari proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu.Batas awalpendidikandimulai dengan pemeliharaan yang merupakan persiapan ke arah pendidikan nyata, yaitu pada minggu dan bulan pertama seorang anak dilahirkan, sedangkan pendidikan yang sesungguhnya baru terjadi kemudian.Adapunbatas terakhir pendidikan Islam yaitusampai akhir hayat.

BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
   Tiadalah seseorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka
akibat kedua orang tuanyalah yang me-Yahudikannya atau me-Nasranikannya
atau bahkan me-Majusikannya. Kita telah ketahui bersama bahwa pendidikan adalah suatu proses pembentukan kepribadian manusia. Oleh karena itu pendidikan merupakan hal yang penting bagi kita, dan pendidikan Islam itu sendiri mempunyai batas awal yaitu pendidikan Islam harus dimulai semenjak seorang laki-laki dan seorang perempuan mengikat tali perkawinan. Dan batas akhir pendidikan adalah tidak terbatas pada suatu priode atau jenjang tertentu, tetapi berlangsung sepanjang hayat. Ia merupakan pendidikan ” dari buaian hingga liang lahat “ selalu memperbarui diri, serta terus menerus mengembangkan kepribadian dan memperkaya kemanusiaan.
Pendidikanadalahusahasadar yang dilakukanmanusiaseumurhidupgunamemenuhikebutuhanhidupnyasertaupayamenumbuhkembangkanpotensidasar yang adapadadirimanusia.Padadasarnyapendidikantidakmengenalbatasanwaktu, usia, dantempat,namunberbicaramengenaibatas-bataspendidikanmaka yang dimaksudkan adalah pembatasan nyata dari proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu.Batas awalpendidikandimulai dengan pemeliharaan yang merupakan persiapan ke arah pendidikan nyata, yaitu pada minggu dan bulan pertama seorang anak dilahirkan, sedangkan pendidikan yang sesungguhnya baru terjadi kemudian.Adapunbatas terakhir pendidikan Islam yaitusampai akhir hayat.

DAFTAR PUSTAKA
Darajat Zakiah, dkk, 2008.Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta; Bumi Aksara)
Ahmad Tafsir, 2005.Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung; Remaja Rosdakrya).
Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan. (Jakarta: erlangga).
Ubhiyati, Nur. 1997. Ilmu Pendidikan Islam (IPI), Bandung: CV Pustaka Setia.
Salim, Moh. Haitami dan Syamsul Kurniawan. 2012.Studi Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media).
 Ramayulis, 2010. Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta; Kalam Mulia)
Mujib, Abdul dan Yusuf Mudzakkir. 2006. Ilmu Pendidikan Islam, Ed. I. Cet. I; Jakarta: Kencana.
Ramayulis. 2002.Ilmu Pendidikan Islam. Cet. III; Jakarta: Kalam Mulia.
Rosyadi, Khoiron. 2004.Pendidikan Profetik. Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tafsir, Ahmad.2005.Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Cet. VI; Bandung: Remaja Rosdakrya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Dasar Kebutuhan Anak Untuk Memperoleh Pendidikan"

Post a Comment